"Apa arti kesempurnaan? Apa itu sempurna menurutmu?" Tanya gadis cantik di sampingku.
"Sempurna itu adalah keniscayaan, bukan hal yang tidak
ada," jawabku.
"Tapi bukankah tidak ada yang sempurna?" Tanyanya lagi.
"Berdasarkan apa kau berkata demikian? Apa dasar manusia
mengatakan tidak ada yang sempurna? kau tahu?"
"Mereka berkata demikian berdasarkan perasaan merasa kurang,
keserakahan, dan tidak bersyukur. Jika yang dimaksud sempurna adalah bisa
menjadi apa saja, bisa melakukan apa saja, memang hanya Tuhan yang bisa. Tapi,
bukankah kita sering menyebut wanita tinggi semampai berkulit putih, cantik dan
baik sebagai wanita sempurna? Bukankah selalu ada hari sempurna untuk
bersantai? Bukankah sebuah kesempurnaan jika seseorang terlahir dengan anggota
tubuh yang lengkap? Bukankah Bumi adalah planet yang sempurna untuk dihuni oleh
manusia?” Jelasku.
Dia hanya terdiam mendengar retorika dariku. Barangkali dia tidak
setuju denganku.
“Vi, kesempurnaan itu ada,” kataku. “Hidupku ini dulunya hanya
sebuah kerikil kecil yang terapung di Antara ribuan bintang di sebuah galaksi,
sama sekali tak berarti.”
Kutatap terus mata gadis itu, melihat jauh kedalam. Kuharap dia
tahu betapa berartinya dia bagiku. “Lalu kau datang dan menyempurnakannya.
Sekarang, aku bukan hanya kerikil kecil, bukan sekedar bintang, bukan hanya
sebuah galaksi. Aku adalah kehidupan, dimana alam raya pun ada didalamnya. Vi,
kau menyempurnakanku.”
Dia hanya tersenyum. Aku melihat satu lagi senyum indah merekah di
wajahnya. Betapa indahnya. Begitu sempurna.
0 komentar:
Post a Comment